Selasa, 15 Oktober 2013 saya berangkat dari kampung menuju
Medan untuk menghadiri sebuah diskusi kecil tentang Pengubahan Nama
Jalan Ngumban Surbakti.
Saat tiba di Peceren (Berastagi), bus berhenti karena ada penumpang (sepasang suami istri) yang ingin membeli wajik, yang mana ternyata mereka Kalak Karo (Suku Karo). Mereka minta tolong kepada seorang gadis di sebelah mereka untuk dibelikan wajik.
Saat tiba di Peceren (Berastagi), bus berhenti karena ada penumpang (sepasang suami istri) yang ingin membeli wajik, yang mana ternyata mereka Kalak Karo (Suku Karo). Mereka minta tolong kepada seorang gadis di sebelah mereka untuk dibelikan wajik.
Gadis itu beranjak pergi ke warung wajik. Beberapa saat kemudian
gadis itu kembali dengan membawa pesanan suami istri tadi. Saat itu
mereka pun berkenalan, dan disaat gadis itu ditanya dia Br apa, gadis
itu segera menjawab “Aku boru Siburian bu.” dan selanjutnya gadis itu
berkata lagi “Aku orang Batak bukan orang Karo.”
Mendengar pernyataan gadis/boru Siburian tersebut saya tersenyum
dan berkata dalam hati “ternyata ternyata semakin banyak masyarakat yang
dapat membedakan antara Karo dengan Batak, serta mengetahui bahwa Karo
dan Batak itu adalah dua suku yang berbeda.”