Pada tahun
1985
, diresmikan Parisada Hindu Dharma Karo (PHDK) sebagai cabang
Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI). Peresmian PHDK bersamaan dengan
peresmian sebuah pure bergaya arsitektur Besakih (Bali) di Desa Tanjung Pulo
(Kec. Tiganderket , Kab. Karo). Saat itu, tercatat 5.000anggota PHDK dan
5.000 simpatisan sehingga Karo dikenal sebagai suku penganut Hindu
terbesar di Indonesia di luar Bali.
Hindu sangat erat kaitannya dengan kepercayaan suku Karo zaman
dahulu yaitu Kiniteken Pemena. Banyak aktifitas suku Karo yang berkaitan
erat dengan hindu antara lain upacara Pakawaluh atau disebut juga
penghanyutan abu jenazah, erkiker, dan lain-lain. Selain itu kita juga
dapat melihat mantra-matra di kalangan suku Karo yang diawali dengan
kata Hong.
Bukti dalam bentuk material yang membuktikan suku Karo erat
kaitannya dengan Hindu juga dapat kita lihat yaitu adanya pure di daerah
tradisionil Karo yaitu di desa Tanjung Pulo dan Pintu Besi. Selain pure,
banyak kuburan orang Karo yang diatasnya dikibarkan bendera putih,
khususnya di atas kuburan dukun, yang sampai saat ini juga masih dapat
kita lihat, ini juga terdapat pada pemeluk Hindu di Bali.
Merga Sembirng, salah satu dari lima Merga induk di suku Karo
sepertinya akan menjadi bukti nyata dan tak terbantahkan yang akan
paling bertahan lama yang menandakan bahwa suku Karo dulunya adalah
pemeluk Hindu.
Ini adalah salah satu komunitas Hindu Karo di Pintu Besi.