Suku
Karo merupakan salah satu suku di Indonesia atau lebih tepatnya di Sumatera Utara. Suku Karo merupakan sebuah
suku yang berdiri sendiri dan berbeda dengan suku Batak. Tetapi masih sering
disamakan oleh orang luar dan menyebut suku Karo dengan Batak Karo. Padahal sesungguhnya
masyarakat suku Karo sendiri tidak mau ataupun enggan disebut dengan Batak
Karo.
Sekarang ini gerakan Karo Bukan Batak semakin sering dan ramai dibicarakan di kalangan masyarakat Karo baik itu di media online seperti facebook, twitter, maupun blog-blog yang didirikan oleh orang Karo sendiri. Selain itu gerakan Karo Bukan Batak juga sudah merambah ke dunia nyata dan menjadi pembicaraan yang menarik di kalangan masyarakat Karo. Terlebih lagi, baru-baru ini di acara “Seminar Menggali dan Mewariskan Nilai-Nilai Heroisme dan Kejuangan di Tanah Karo” yang berlangsung di hotel Green Garden pada tanggal 07 Mei 2015 lalu, bapak Wara Sinuhaji yang menjadi salah satu narasumber di seminar itu mengangkat tema tentang Karo Bukan Batak. Adapun judul dari makalah bapak Wara Sinuhaji adalah “ Sebuah Penolakan: Karo Bukan Batak dan Batak Oorlog Adalah Perang Karo (Tanduk Benua).
Melihat
perkembangan gerakan Karo Bukan Batak dari waktu ke waktu bukan tidak mungkin
keinginan dan cita-cita masyarakat Karo akan segera tercapai. Keinginan untuk
memperkenalkan suku Karo, bukan Batak Karo kepada masyarakat luas dan mngubah
pandangan mereka terhadap Suku Karo sehingga mereka mengetahui bahwa suku Karo
berbeda dengan suku Batak dan tidak dapat di samakan.
Awalnya
saya sebagai penulis artikel ini mengikuti gerakan Karo Bukan Batak adalah
beberapa tahun yang lalu tepatnya pada tahun 2011. Tetapi sebelum itu saya
sudah mulai membaca artikel-artikel yang mengangkat tema Karo Bukan Batak di
dalam bahasannya dan juga mengikuti diskusi tentang Karo Bukan Batak sebagai
silent reader. Oleh karena itu kepada rekan-rekan yang juga menyuarakan Karo
Bukan Batak terlebih kepada rekan yang terlebih dahulu mengikutinya, jika
ulasan saya kurang mengena menurut anda, saya harap anda memakluminya.
Karo
Bukan Batak, pertama sekali saya mengikuti gerakan ini saya bertanya kepada
diri saya sendiri, apakah saya siap untuk dicaci dan dimaki oleh para pengguna
media sosial yang percaya bahwa Karo adalah Batak, terutama sahabat-sahabat
dari suku Batak. Karena membutuhkan jawaban atas pertanyaan tersebut saya akhirnya
memberanikan diri untuk terjun langsung ke TKP dan ikut berdiskusi mengenani
tema tersebut.
Ketika
itu saya perhatikan banyak postingan bernada kasar dan negatif yang dilontarkan
oleh para peserta diskusi. Saya sendiri juga sempat terjebak di tengah postingan-postingan
tersebut dan sempat juga melontarkan postingan yang sama dan saling menghina
dengan peserta lainnya. Tetapi semakin lama saya ikut berdiskusi dengan
pribadi-pribadi yang memiliki latar belakang dan karakter yang berbeda, saya
semakin dapat mngontrol emosi dalam berlangsungnya diskusi di sosial media.
Pada
tahun 2011 dan 2012 saya melihat peserta diskusi dengan mudahnya melontarkan
kata kasar dan berujung makian termasuk saya sendiri. Setiap ada diskusi
mengenai tema Karo Bukan Batak, sering sekali terjadi keributan dan suasana
menjadi tidak kondusif. Tidak jarang juga keributan tersebut berujung pada
keputusan admin untuk mengeluarkan akun yang memulai keributan dari grup yang
bersangkutan.
Selain
itu saya juga melihat banyak akun yang bila diperhatikan dari postingannya,
mereka sangat membenci satu pihak tertentu baik Karo maupun Batak. Ada akun
yang membenci Batak begitu juga sebaliknya, ada akun yang membenci Karo. Dan
jika akun-akun tersebut bertemu dalam diskusi pasti akan terjadi keributan di
dalam diskusi.
Bahkan
pernah juga ada sebuah akun dari suku tetangga yang membagikan sebuah tulisan
yang mengklaim sesuatu yang dimiliki oleh suku Karo berasal dari sukunya. Baik
itu Merga (Klan) sampai kepada daerah atau tanah ulayat Karo juga diklaim milik
sukunya. Tulisan tersebut dipublish ke banyak grup-grup Karo dengan tujuan
untuk meracuni atau menyebar informasi palsu ke orang-orang yang masih meraba
tentang sejarah yang berhubungan dengan isi tulisan tersebut sehingga mereka
dapat dengan mudah ditipu dan akan percaya dengan mudah terhadap isi tulisan
tersebut.
Suasana-suasana
tersebut di atas sering terjadi pada kurun waktu 2011 sampai 2012, bahkan pada
tahun 2013 juga masih ada akun yang saya perhatikan sering memulai keributan di
dalam diskusi. Tetapi seiring barjalannya waktu suasana di dalam diskusi mulai
berangsur kondusif dan menyenangkan dan akun-akun tersebut banyak yang
dikeluarkan oleh admin dari suatu grup.
Dan
sekarang ini, menurut pengamatan saya suasana diskusi sudah semakin membaik dan
menyenangkan. Sangat jarang kita menemukan akun yang melontarkan postingan
berisi hinaan dan cacian pada saat berlangsungnya diskusi. Tapi hal ini bukan
berarti tidak ada karena menurut pengalaman saya sebagai admin salah satu grup
yang membahas Karo Bukan Batak, masih sering saya menemukan akun-akun bunglon.
Seperti namanya akun bunglon akan menyamar dan menggunakan nama serta Merga
suku Karo pada saat meminta bergabung ke dalam grup. Setelah permintaannya
diterima, akun bunglon tersebut mulai beraksi dan membuat postingan yang akan
memancing keributan di dalam grup. Saya kadang tersenyum membaca postingannya
dan berpendapat bahwa kepribadiannya masih ababil.
Menanggapi
postingan yang memancing keributan, ada juga akun yang tidak dapat mengontrol
emosi dan langsung melakukan serangan balik dan berkomentar dengan kata yang
kasar. Pada poin ini, tentu si pembuat postingan merasa sangat senang dan
mungkin tertawa puas karena ada akun yang terjebak dalam tipu muslihatnya.
Tetapi saya sendiri sering menyarankan akun yang bersangkutan untuk lebih
banyak membaca dan browsing mengenai tema Karo Bukan Batak. Saya melakukan hal
tersebut dengan tujuan untuk menjaga suasana tetap kondusif di dalam grup.
Mengenai
keputusan terhadap akun yang memulai keributan, saya jarang mengeluarkan akun
yang bersangkutan dari dalam grup karena ingin melihat bagaimana perkembangan
kedepannya dalam sebuah diskusi. Tetapi mungkin rekan sesama admin lainnya
memutuskan untuk mengeluarkan akun yang bersangkutan karena memulai keributan.
Mungkin
hanya ini saja yang dapat saya paparkan mengenai Perkembangan Suasana Dalam Diskusi Karo Bukan Batak. Saran saya,
mari kita sebagai pengguna sosial media untuk lebih dan selalu beretika serta
saling menghormati di dalam berdiskusi di sosial media sehingga diskusi yang
berlangsung kondusif dan menyenangkan. Jangan memaksakan kehendak dan opini
kita kepada lawan bicara karena hanya akan menimbulkan keributan.